NGAJI SOROGAN : Nyorog Kitab, Nyerap Ilmu, Ngalap Barokah

Sorogan merupakan kata yang sangat populer di kalangan pesantren, terutama pondok pesantren yang masih menggunakan kitab kuning. Sorogan menjadi sarana pembelajaran utama. Secara bahasa, Sorogan berasal dari kata Jawa nyorog, yang artinya “menyodorkan”. Dengan metode ini, berarti santri dapat menyodorkan materi yang dipelajari sehingga mendapatkan bimbingan secara individual atau khusus.

Pada kesempatan ini Pusat Ma’had Al-Jami’ah Darul Hikmah IAIN Kediri mengadakan sorogan selama seminggu yang dimulai pukul 10:00-12:00 WIB dan dilanjutkan pada pukul 13:00-15:00 WIB.  Santri dibagi menjadi 4 kelompok dengan dua sesi. Kelompok 1 dan 2 didampingi oleh Ustadz M. Abdur Rozak M.Pd sedangkan kelompok 3 dan 4 didampingi oleh Ustadzah Putri Kholida Faiqoh. Keduanya merupakan dosen Pendidikan Bahasa Arab IAIN Kediri. Sebelum sorogan dengan pendamping, santri mempelajari materi terlebih dahulu pada jam 08:00-10:00 WIB yang didampingi oleh Musyrifah.

Penggunaan kitab dalam sorogan ini adalah kitab “Fathul Qorib” dengan mushonnif Syaikh Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qosim Al-Ghozi. Teknis pelaksanaannya dengan menyebutkan satu nama santri yang ada di daftar absen secara acak, dan santri tersebut membacakan ma’na. Ketika santri tersebut membacakan ma’na, santri lainnya menyimak dengan seksama. Kemudian pendamping memberikan koreksi apabila ada bacaan yang salah. Selain itu, pendamping juga bertanya seputar I’rob.

About author